Selasa, 20 Mei 2014

Manajemen Konflik

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada hakikatnya konflik yang timbul dalam sebuah organisasi adalah sebagai suatu yang wajar dan dominan. Karena konflik sebenarnya merupakan dinamisator organisasi. Pandanglah bahwa organisasi tanpa konflik akan bermakna diam, statis, dan tidak mencapai kemajuan yang diharapkan. Konflik yang terjadi dalam sebuah manajemen atau organisasi tidak harus selalu diartikan secara negatif, tapi bisa jadi konflik itu memang sengaja dimunculkan untuk menciptakan dinamika majanemen. dengan tujuan meningkatkan etos kerja dan daya saing antar pekerja. Dalam hal  ini, konflik akan dapat terarahkan dan terkendalikan oleh peran seorang pemimpin organisasi tersebut.
Dalam sebuah organisasi, pemimpin adalah pemegang keberhasilan sebuah organisasi yang dipimpinnya.  Baik buruknya maupun maju mundurnya lembaga tersebut tergantung kemampuan seorang pemimpin dalam mengupayakan dan berperan sebagai seorang figur yang diteladani dan dihormati. Dan profesionalisme adalah kunci dari keberhasilan peran itu, pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu mempengaruhi perilaku individu-individu, untuk menunaikan tugasnya dalam rangka memberikan arahan dan petunjuk, mewujudkan target bersama, mengembangkan, memegang teguh, dan menjaga kekuatan kelompoknya. Demikian juga untuk meminimalizir, mengarahkan serta memanfaatkan konflik yang muncul, peran besar pemimipin sangat diperlukan, karena pemimpin merupakan orang yang memiliki pengaruh besar dalam sebuah organisasi.
Akan tetapi, kenyataannya pada beberapa organisasi masih terdapat banyak pemimpin yang belum mampu membawa pengaruh bagi organisasi yang dipimpinnya, khusunya dalam mengendalikan serta memanfaatkan konflik yang datang menghalangi dalam pencapai tujuan manajemen organisasi yang dipimpinnya. Sehingga tidak sedikit organisasi yang hancur akibat kurangnya peran seorang pemimpin. Oleh karena itu, berangkat dari latar belakang diatas, penulis termotivasi untuk menyusun makalah dengan judul “ peran pemimpin dalam mengendalikan konflik”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa Pengertian Pemimpin ?
2.      Apa Pengertian konflik ?
3.      Bagaiman peran pemimpin dalam mengendalikan konflik ?

C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui Pengertian pemimpin
2.      Untuk mengetahui Pengertian konflik
3.      Untuk mengetahui peran pemimpin dalam mengendalikan konflik



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pemimpin
Pemimpin merupakan seseorang yang menggunakan kemampuannya, sikapnya, nalurinya, dan ciri-ciri kepribadiannya yang mampu menciptakan suatu keadaan, sehingga orang lain yang dipimpinnya dapat saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Lebih jelasnya, Terdapat beberapa Pengertian menurut para ahli, yaitu sebagai berikut :
1.      Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994 : 33) Pemimpin dalam pengertian ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.

2.      Modern Dictionary Of Sociology (1996) Pemimpin (leader) adalah seseorang yang menempati peranan sentral atau posisi dominan dan pengaruh dalam kelompok (a person who occupies a central role or position of dominance and influence in a group).

3.      Kartini Kartono (1994. 33) Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kclebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah orang yang mempunyai peranan sentral dan berada diposisi yang tertinggi serta dapat mempengaruhi orang lain hingga membawa perubahan melalui pengorganisasian, pengarahan dan bimbingan dengan didukung oleh kelebihan, kemampuan atau berkompeten menjadi seorang pemimpin.

Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983 : 255) Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Dengan kata lain, tanpa kemampuan memimpin sesorang pemimpin tidak akan mempengaruhi orang yang dipimpinnya.

B.     Pengertian Konflik
Konflik dalam bahasa yunani bermakna configere, conflictum berarti saling berbenturan. Arti kata tersebut, menunjukkan pada semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi, dan interaksi-interaksi yang antagonis bertentangan. Sedangkan Definisi konflik menurut para ahli adalah :
1.      Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)

2.      Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998:580) yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) yaitu : Conflict is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one another.
yang kurang lebih artinya konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.

3.      Menurut Nardjana (1994) Konflik yaitu akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.

Demikian beberapa pendapat para ahli mengenai Pengertian konflik. Penulis mangambil kesimpulan bahwa konflik adalah sebuah situasi yang menyebabkan terjadi masalah dalam sebuah organisasi baik antar orang-orang didalam organisasi maupun yang berasal dari luar, akibat adanya perbedaan atau ketidakcocokkan pendapat, perasaan atau tindakan antara satu dengan yang lainnya.
Secara umum, konflik sebenarnya terbagi atas dua yaitu konflik membawa dampak positif dan konflik yang membawa akibat negatif. Namun konflik yang dimksud penulis pada makalah ini adalah konflik yang dapat membawa masalah sehingga mengakibatkan kehancuran sebuah organisasi maupun lembaga apabila tidak diarahkan atau diselesaikan oleh peran seoang pemimpin.
C.    Peran Pemimpin Dalam Mengendalikan Konflik
Prestasi kepemimpinan akan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar seorang pemimpin dalam proses kepemimpinannya bisa mengendalikan suatu masalah yang “terbungkus” dalam konflik. Dan oleh karena itu diperlukan suatu ketrampilan tersendiri bagi seorang pemimpin dalam menangani dan memecahkan sebuah konflik, baik konflik pribadi, konflik antar individu, maupun konflik antar kelompok, diantaranya :
1.      Memahami konflik sebagai sebuah fakta kehidupan
Pada dasarnya “konflik” adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena konflik melekat erat dalam jalinan kehidupan. Tak terkecuali dalam proses kepemimpinan pendidikan Islam. Akan tetapi, sebuah kebimbangan dalam menangani sebuah konflik muncul, bahwa ada beberapa mitos yang secara umum terjadi terkait dengan konflik:

a.       Adanya konflik merupakan pertanda kelemahan manajer (pemimpin)
b.      Konflik merupakan pertanda rendahnya perhatian pada organisasi (lembaga)
c.       Kemarahan adalah negatif dan merusak
d.      Konflik, jika dibiarkan, akan reda dengan sendirinya.
e.       Konflik harus dipecahkan.

Mitos ini menghambat kreatifitas, menyebabkan seorang pemimpin menjadi berorientasi pada solusi. Beberapa konflik paling baik dikelola dengan sabar, sementara yang lainnya menghendaki dengan cara pemecahan. Gerak cepat untuk menyelesaikan konflik dapat membatasi keberhasilan. Dan fokus yang berlebihan pada pemecahan masalah dapat menjadi tidak produktif. Pemikiran yang berfokus tunggal, yang kadang-kadang terjadi bila seorang pemimpin merasa yakin bahwa dirinya harus menemukan sebuah solusi, dapat menyebabkan dirinya kehilangan perspektif. Kegagalan untuk melihat gambar yang besar sementara bertahan dengan masalah yang khusus, dapat menjadi suatu perangkap yang besar pada waktu terjadi konflik.
2.      Karakteristik konflik
Ada beberapa karakter yang dipunyai oleh konflik, yaitu:
a.       Dengan meningkatnya konflik, perhatian terhadap konflik itu sendiri juga meningkat.
b.      Keinginan untuk menang seiring dengan meningkatnya keinginan pribadi.
c.       Orang yang menyenangkan dapat menjadi berbahaya bagi yang lain seiring dengan meningkatnya konflik.
d.      Strategi manajemen konflik yang bekerja pada tingkat konflik yang rendah, pada konflik tingkat tinggi sering tidak efektif, dan kadang-kadang menjadi tidak ada artinya.
e.       Konflik dapat melampaui dari tahapan yang lazim.
f.       Orang tampaknya menjadi seperti individu yang berbeda selama berada dalam konflik, tapi konflik yang terjadi pada seluruh tingkat organsisasi dapat diidentifikasikan.
3.      Mengidentifikasi Tahap-tahap konflik
Sebagaimana dinyatakan oleh Hendrick, bahwa secara umum ada tiga tahapan konflik yang pada dasarnya merupakan suatu rangakaian yang dapat dikelola. Tiga tahapan konflik itu antara lain:
a.       Konflik sebagai peristiwa sehari-hari.

Konflik tahap ini biasanya ditandai oleh perasaan jengkel sehari-hari. Perasaan jengkel ini dapat berlalu begitu saja, kadang-kadang muncul tidak menentu. Tapi rasa jengkel dapat menjadi masalah. Strategi manajemen konflik pada tingkat ini harus memeperhatikan apakah rasa jengkel itu berganti menjadi masalah.
Menghindari adalah salah satu strategi manajemen konflik yang efektif untuk menagangani kejengkelan sehari-hari. Kita lebih baik melupakan kejengkelan daripada menghadapinya, sebab itu adalah masalah kecil. Dan strategi manajemen konflik yang hati-hati dan penuh kesabaran dipakai untuk menghindari konflik yang terbuka, juga dilakukan bila seorang pemimpin tidak mempunyai waktu yang cukup dan motivasi untuk mengubah kebiasaan orang lain.
Konflik pada tahap satu ini adalah nyata, meskipun intensitasnya rendah. Ketika orang bekerja sama, ada perbedaan dalam tujuan, nilai-nilai yang dianut dan kebutuhan. Pada tahap satu ini kelompok merasa tidak cocok dan mungkin marah, pasti emosinya “cepat mereda”. Individu biasanya sadar dan bersedia membuat solusi selama tahap konflik satu, seiring dengan perasaan optimis merasa bahwa penyelesaian itu dapat disusun.
Mendengarkan serta berpartisipasi adalah sesuatu yang essential pada penyelesaian konflik tahap ini. Seperti seorang pemimpin yang menyelesaiakn konflik, berinisiatif untuk belajar dan bekerja sama dengan menekankan pada tanggung jawab bersama pada tim kerja. Strategi ini menfokuskan pada semua partisipan untuk berada pada arahan umum dan membolehkan setiap orang memberikan kontribusi.
Ada beberapa cara dalam menangani konflik pada tahap satu ini, yaitu:
a.       Membuat suatu proses yang menguji dari dua sisi. Dapatkah suatu kerangka dibuat sehingga mampu meningkatkan pemahaman satu sama lain.
b.      Bertanyalah jika reaksi itu proporsional dengan keadaan. Apakah kelompok ini membawa sisa emosi dan peristiwa lain ?
c.       Identifikasikan poin-poin kesepakatan dan bekerjalah menurut poin-poin tersebut, kemudian baru mengidentifikasikan poin-poin ketidaksepakatan.

b.      Konflik sebagai tantangan.

Pada tahap dua ini, orang menjaga dan mempertahankan kemenangan verbal dan merekam kesalahan, dan melihat dari satu sisi. Dan tingkat komitmen diperlukan untuk bekerja kendati konflik juga meningkat. Karena konflik pada tahap dua ini lebih kompleks, masalah tidak dapat lebih lama dikelola dengan strategi penanganan konflik secara sabar dan hati-hati. Pada tahap ini orang adalah masalah. Mendiskusikan dan menjawab isu kadang-kadang tidaik ada menfaatnya sebab orang dan masalah yang dihadapi menjadi rumit. Untuk melakukan strategi pada pengelolaan konflik yang efektif pada tahap dua adalah seorang pemimpin harus melakukan strategi mengelola orang.
Seperti seorang pemimipin yang bekerj dengan bawahan, perhatikan kata-kata untuk memaparkan sebuah konflik atau ketidaksetujuan. Pada tahap kedua bahasa menjadi kurang spesifik, karena orang berbIcara secara umum. Dan kelompok kurang suka mencari fakta yang akurat tentang lawan dalam konfliknya sebab tingkat kepercayaan sudah menurun.
Di bawah ini beberapa gagasan dalam menangani konflik tahap dua, antara lain:
a.       Buatlah suasana yang aman dan ciptakan suatu lingkungan di mana setiap orang merasa aman.
b.      Tegaslah terhadap fakta, tapi lunak terhadap orang. Ambillah penambahan waktu untuk mendapatkan setiap detail.
c.       Buatlah pekerjaan resmi sebagai pekerjaan tim, dan bagilah tanggung jawab sehingga setiap orang mempunyai alternatif untuk dapat menyesuaikan diri. Tekankan pentingnya kesatuan tanggung jawab.
d.      Carilah kesepakatan minimal, tapi tidak dianjurkan membuat kompromi. Karena kompromi secara tidak langsung akan mengorbankan poin yang menjadi harapan.
e.       Berikan waktu untuk menarik kelompok yang bersaing menerima kesepakatan tanpa memberikan konsesi atau mengeluarkan tekanan.
f.       Ingat, ini adalah upaya keras dan susah untuik mendudukkan orang yang sedang bersaing untk berada dalam satu meja.
.
c.     Konflik sebagai pertentangan.

Pemimpin yang muncul dari kelompok yang berkonflik bertindak sebagai juru bicara. Pihak luar dituduh sebagai pihak yang menyebabkan timbulnya konflik.
Jika konsensus tidak dapat dicapai, arbitrase dapat digunakan untuk tahap berikutnya. Masing-masing kelompok akan memaparkan kasusnya dengan cara yang paling baik, dan salah satu sisi dipilih. Negosiasi dan arbitrase adalah sebagai alat yang diperlukan oleh seorang pemimpin.
Ada beberapa cara untuk menangani konflik tahap tiga, yaitu:
a.       Detail adalah penting, arinya bahwa campur tangan tim dari luar harus mau memperhatikan setiap detail.
b.      Lembaga harus menyediakan waktu tambahan untuk mewawancarai semua orang yang terlibat dalam konflik.
c.       Alasan dan logika tidak efektif untuk menyadarkan kelompok yang sedang bertikai untuk mengakhiri konflik.
d.      Jelaskan tujuan dari lembaga dan ciptakan suasana yang menumbuhkan rasa dituntun sehingga individu yang terlibat konflik itu akan mundur sebagi pemenang.

4.      Strategi Mengatasi atau Mengendalikan Konflik

Menurut Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan:
a.       Pengenalan. Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).

b.      Diagnosis. Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.


c.       Menyepakati suatu solusi. Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.

d.      Pelaksanaan. Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.

e.       Evaluasi. Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.

Stevening menawarkan, bagi seorang pemimpin ketika mengendalikan atau mengatasi konflik harus melalui lima tahapan cara yaitu mengenali konflik yang dihadapi, setelah dikenali lalu mendiagnosa atau mengidentifikasi konflik tersebut, lalu cari dan disepakati sebuah solusi melalu musyawarah dengan pegawai, karyawam ataupun bawahan, kemudian lanjut pelaksanaan solusi tersebut serti pemimpin selalu mengadakan evalusai untuk mengetahui tingkat kebehasilan solusinya dalam mengatasi atau mengendalikan konflik.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pemimipin adalah orang yang paling berperan dalam pengendalian sebuah organisasi, juga sebagai pusat penggerak serta mempunyai andil besar dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut. Namun pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menjadikan masalah-masalah yang datang menjadi peluang bagi organisasi.
Konflik atau masalah sudah merupakan hal yang tidak dapat dilepas dari sebuah organisasi atau lembaga, karena konflik sudah merupakan bagian dari tercapainya suatu tujuan organisasi. Tergantung pemimpin bagaimana memanfaatkan setiap konflik tersebut.

B.     Saran

Sebuah organisasi tidak akan pernah terlepas dari yang namanya konflik. Dan untuk mengarahkan hingga menyelesaikan konflik tersebut membutuhkan peran besar dari seorang pemimpin. Maka dari itu, sangat penting bagi seorang pemimpin memiliki kelebihan dan kemampuan dalam menjalankan kepemimpinan dalam sebuah organisasi atau lembaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar