BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada hakikatnya konflik yang timbul
dalam sebuah organisasi adalah sebagai suatu yang wajar dan dominan. Karena konflik
sebenarnya merupakan dinamisator organisasi. Pandanglah bahwa organisasi tanpa
konflik akan bermakna diam, statis, dan tidak mencapai kemajuan yang
diharapkan. Konflik yang terjadi dalam sebuah manajemen atau organisasi tidak
harus selalu diartikan secara negatif, tapi bisa jadi konflik itu memang
sengaja dimunculkan untuk menciptakan dinamika majanemen. dengan tujuan
meningkatkan etos kerja dan daya saing antar pekerja. Dalam hal ini, konflik akan dapat terarahkan dan
terkendalikan oleh peran seorang pemimpin organisasi tersebut.
Dalam sebuah organisasi, pemimpin
adalah pemegang keberhasilan sebuah organisasi yang dipimpinnya. Baik
buruknya maupun maju mundurnya lembaga tersebut tergantung kemampuan seorang
pemimpin dalam mengupayakan dan berperan sebagai seorang figur yang diteladani
dan dihormati. Dan profesionalisme adalah kunci dari keberhasilan peran itu,
pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu mempengaruhi perilaku
individu-individu, untuk menunaikan tugasnya dalam rangka memberikan arahan dan
petunjuk, mewujudkan target bersama, mengembangkan, memegang teguh, dan menjaga
kekuatan kelompoknya. Demikian juga untuk meminimalizir, mengarahkan serta
memanfaatkan konflik yang muncul, peran besar pemimipin sangat diperlukan,
karena pemimpin merupakan orang yang memiliki pengaruh besar dalam sebuah
organisasi.
Akan tetapi, kenyataannya pada beberapa
organisasi masih terdapat banyak pemimpin yang belum mampu membawa pengaruh
bagi organisasi yang dipimpinnya, khusunya dalam mengendalikan serta
memanfaatkan konflik yang datang menghalangi dalam pencapai tujuan manajemen
organisasi yang dipimpinnya. Sehingga tidak sedikit organisasi yang hancur
akibat kurangnya peran seorang pemimpin. Oleh karena itu, berangkat dari latar
belakang diatas, penulis termotivasi untuk menyusun makalah dengan judul “ peran
pemimpin dalam mengendalikan konflik”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa
Pengertian Pemimpin ?
2.
Apa
Pengertian konflik ?
3.
Bagaiman
peran pemimpin dalam mengendalikan konflik ?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
penyusunan makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui Pengertian pemimpin
2.
Untuk
mengetahui Pengertian konflik
3.
Untuk
mengetahui peran pemimpin dalam mengendalikan konflik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pemimpin
Pemimpin merupakan seseorang yang menggunakan
kemampuannya, sikapnya, nalurinya, dan ciri-ciri kepribadiannya yang mampu
menciptakan suatu keadaan, sehingga orang lain yang dipimpinnya dapat saling
bekerja sama untuk mencapai tujuan. Lebih jelasnya, Terdapat beberapa
Pengertian menurut para ahli, yaitu sebagai berikut :
1.
Henry
Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994 : 33) Pemimpin dalam pengertian
ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan
mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain
atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas,
pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan
kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh
para pengikutnya.
2.
Modern
Dictionary Of Sociology (1996) Pemimpin (leader) adalah seseorang yang
menempati peranan sentral atau posisi dominan dan pengaruh dalam kelompok (a
person who occupies a central role or position of dominance and influence in a
group).
3.
Kartini
Kartono (1994. 33) Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan khususnya kecakapan dan kclebihan disatu bidang, sehingga dia mampu
mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa pemimpin adalah orang yang mempunyai peranan sentral dan berada diposisi
yang tertinggi serta dapat mempengaruhi orang lain hingga membawa perubahan
melalui pengorganisasian, pengarahan dan bimbingan dengan didukung oleh
kelebihan, kemampuan atau berkompeten menjadi seorang pemimpin.
Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983 : 255) Pemimpin
adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk
alasannya. Dengan kata lain, tanpa kemampuan memimpin sesorang pemimpin tidak
akan mempengaruhi orang yang dipimpinnya.
B.
Pengertian
Konflik
Konflik
dalam bahasa yunani bermakna configere, conflictum berarti saling
berbenturan. Arti kata tersebut, menunjukkan pada semua bentuk benturan,
tabrakan, ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi,
dan interaksi-interaksi yang antagonis bertentangan. Sedangkan Definisi konflik
menurut para ahli adalah :
1. Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi
terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai,
baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain.
Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat
tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
kerja (Wijono,1993, p.4)
2. Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn
(1998:580) yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) yaitu
: Conflict is a situation which two or more people disagree over issues of
organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one
another.
yang kurang lebih artinya konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
yang kurang lebih artinya konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
3. Menurut Nardjana (1994) Konflik yaitu akibat situasi dimana
keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang
lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
Demikian
beberapa pendapat para ahli mengenai Pengertian konflik. Penulis mangambil
kesimpulan bahwa konflik adalah sebuah situasi yang menyebabkan terjadi masalah
dalam sebuah organisasi baik antar orang-orang didalam organisasi maupun yang
berasal dari luar, akibat adanya perbedaan atau ketidakcocokkan pendapat,
perasaan atau tindakan antara satu dengan yang lainnya.
Secara
umum, konflik sebenarnya terbagi atas dua yaitu konflik membawa dampak positif
dan konflik yang membawa akibat negatif. Namun konflik yang dimksud penulis
pada makalah ini adalah konflik yang dapat membawa masalah sehingga
mengakibatkan kehancuran sebuah organisasi maupun lembaga apabila tidak
diarahkan atau diselesaikan oleh peran seoang pemimpin.
C.
Peran
Pemimpin Dalam Mengendalikan Konflik
Prestasi kepemimpinan akan sangat dipengaruhi
oleh seberapa besar seorang pemimpin dalam proses kepemimpinannya bisa
mengendalikan suatu masalah yang “terbungkus” dalam konflik. Dan oleh karena
itu diperlukan suatu ketrampilan tersendiri bagi seorang pemimpin dalam
menangani dan memecahkan sebuah konflik, baik konflik pribadi, konflik antar
individu, maupun konflik antar kelompok, diantaranya :
1.
Memahami konflik sebagai sebuah fakta kehidupan
Pada dasarnya “konflik” adalah sesuatu yang
tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena konflik melekat erat dalam
jalinan kehidupan. Tak terkecuali dalam proses kepemimpinan pendidikan Islam.
Akan tetapi, sebuah kebimbangan dalam menangani sebuah konflik muncul, bahwa
ada beberapa mitos yang secara umum terjadi terkait dengan konflik:
a.
Adanya konflik merupakan pertanda kelemahan
manajer (pemimpin)
b.
Konflik merupakan pertanda rendahnya perhatian
pada organisasi (lembaga)
c.
Kemarahan adalah negatif dan merusak
d.
Konflik, jika dibiarkan, akan reda dengan
sendirinya.
e.
Konflik harus dipecahkan.
Mitos ini menghambat kreatifitas, menyebabkan
seorang pemimpin menjadi berorientasi pada solusi. Beberapa konflik paling baik
dikelola dengan sabar, sementara yang lainnya menghendaki dengan cara
pemecahan. Gerak cepat untuk menyelesaikan konflik dapat membatasi
keberhasilan. Dan fokus yang berlebihan pada pemecahan masalah dapat menjadi
tidak produktif. Pemikiran yang berfokus tunggal, yang kadang-kadang terjadi
bila seorang pemimpin merasa yakin bahwa dirinya harus menemukan sebuah solusi,
dapat menyebabkan dirinya kehilangan perspektif. Kegagalan untuk melihat gambar
yang besar sementara bertahan dengan masalah yang khusus, dapat menjadi suatu
perangkap yang besar pada waktu terjadi konflik.
2.
Karakteristik konflik
Ada beberapa karakter yang dipunyai oleh konflik,
yaitu:
a.
Dengan meningkatnya konflik, perhatian terhadap
konflik itu sendiri juga meningkat.
b.
Keinginan untuk menang seiring dengan
meningkatnya keinginan pribadi.
c.
Orang yang menyenangkan dapat menjadi berbahaya
bagi yang lain seiring dengan meningkatnya konflik.
d.
Strategi manajemen konflik yang bekerja pada
tingkat konflik yang rendah, pada konflik tingkat tinggi sering tidak efektif,
dan kadang-kadang menjadi tidak ada artinya.
e.
Konflik dapat melampaui dari tahapan yang
lazim.
f.
Orang tampaknya menjadi seperti individu yang
berbeda selama berada dalam konflik, tapi konflik yang terjadi pada seluruh
tingkat organsisasi dapat diidentifikasikan.
3.
Mengidentifikasi Tahap-tahap konflik
Sebagaimana dinyatakan oleh Hendrick, bahwa
secara umum ada tiga tahapan konflik yang pada dasarnya merupakan suatu
rangakaian yang dapat dikelola. Tiga tahapan konflik itu antara lain:
a.
Konflik sebagai peristiwa sehari-hari.
Konflik tahap ini biasanya ditandai oleh
perasaan jengkel sehari-hari. Perasaan jengkel ini dapat berlalu begitu saja,
kadang-kadang muncul tidak menentu. Tapi rasa jengkel dapat menjadi masalah.
Strategi manajemen konflik pada tingkat ini harus memeperhatikan apakah rasa
jengkel itu berganti menjadi masalah.
Menghindari adalah salah satu strategi manajemen
konflik yang efektif untuk menagangani kejengkelan sehari-hari. Kita lebih baik
melupakan kejengkelan daripada menghadapinya, sebab itu adalah masalah kecil.
Dan strategi manajemen konflik yang hati-hati dan penuh kesabaran dipakai untuk
menghindari konflik yang terbuka, juga dilakukan bila seorang pemimpin tidak
mempunyai waktu yang cukup dan motivasi untuk mengubah kebiasaan orang lain.
Konflik pada tahap satu ini adalah nyata,
meskipun intensitasnya rendah. Ketika orang bekerja sama, ada perbedaan dalam
tujuan, nilai-nilai yang dianut dan kebutuhan. Pada tahap satu ini kelompok
merasa tidak cocok dan mungkin marah, pasti emosinya “cepat mereda”. Individu
biasanya sadar dan bersedia membuat solusi selama tahap konflik satu, seiring
dengan perasaan optimis merasa bahwa penyelesaian itu dapat disusun.
Mendengarkan serta berpartisipasi adalah
sesuatu yang essential pada penyelesaian konflik tahap ini. Seperti seorang
pemimpin yang menyelesaiakn konflik, berinisiatif untuk belajar dan bekerja
sama dengan menekankan pada tanggung jawab bersama pada tim kerja. Strategi ini
menfokuskan pada semua partisipan untuk berada pada arahan umum dan membolehkan
setiap orang memberikan kontribusi.
Ada beberapa cara dalam menangani konflik pada
tahap satu ini, yaitu:
a.
Membuat suatu proses yang menguji dari dua
sisi. Dapatkah suatu kerangka dibuat sehingga mampu meningkatkan pemahaman satu
sama lain.
b.
Bertanyalah jika reaksi itu proporsional dengan
keadaan. Apakah kelompok ini membawa sisa emosi dan peristiwa lain ?
c.
Identifikasikan poin-poin kesepakatan dan
bekerjalah menurut poin-poin tersebut, kemudian baru mengidentifikasikan
poin-poin ketidaksepakatan.
b.
Konflik sebagai tantangan.
Pada tahap dua ini, orang menjaga dan
mempertahankan kemenangan verbal dan merekam kesalahan, dan melihat dari satu
sisi. Dan tingkat komitmen diperlukan untuk bekerja kendati konflik juga
meningkat. Karena konflik pada tahap dua ini lebih kompleks, masalah tidak
dapat lebih lama dikelola dengan strategi penanganan konflik secara sabar dan
hati-hati. Pada tahap ini orang adalah masalah. Mendiskusikan dan menjawab isu
kadang-kadang tidaik ada menfaatnya sebab orang dan masalah yang dihadapi
menjadi rumit. Untuk melakukan strategi pada pengelolaan konflik yang efektif
pada tahap dua adalah seorang pemimpin harus melakukan strategi mengelola
orang.
Seperti seorang pemimipin yang bekerj dengan
bawahan, perhatikan kata-kata untuk memaparkan sebuah konflik atau
ketidaksetujuan. Pada tahap kedua bahasa menjadi kurang spesifik, karena orang
berbIcara secara umum. Dan kelompok kurang suka mencari fakta yang akurat
tentang lawan dalam konfliknya sebab tingkat kepercayaan sudah menurun.
Di bawah ini beberapa gagasan dalam menangani
konflik tahap dua, antara lain:
a.
Buatlah suasana yang aman dan ciptakan suatu lingkungan
di mana setiap orang merasa aman.
b.
Tegaslah terhadap fakta, tapi lunak terhadap
orang. Ambillah penambahan waktu untuk mendapatkan setiap detail.
c.
Buatlah pekerjaan resmi sebagai pekerjaan tim,
dan bagilah tanggung jawab sehingga setiap orang mempunyai alternatif untuk
dapat menyesuaikan diri. Tekankan pentingnya kesatuan tanggung jawab.
d.
Carilah kesepakatan minimal, tapi tidak
dianjurkan membuat kompromi. Karena kompromi secara tidak langsung akan
mengorbankan poin yang menjadi harapan.
e.
Berikan waktu untuk menarik kelompok yang
bersaing menerima kesepakatan tanpa memberikan konsesi atau mengeluarkan
tekanan.
f.
Ingat, ini adalah upaya keras dan susah untuik
mendudukkan orang yang sedang bersaing untk berada dalam satu meja.
.
c.
Konflik sebagai pertentangan.
Pemimpin yang muncul dari kelompok yang
berkonflik bertindak sebagai juru bicara. Pihak luar dituduh sebagai pihak yang
menyebabkan timbulnya konflik.
Jika konsensus tidak dapat dicapai, arbitrase
dapat digunakan untuk tahap berikutnya. Masing-masing kelompok akan memaparkan
kasusnya dengan cara yang paling baik, dan salah satu sisi dipilih. Negosiasi
dan arbitrase adalah sebagai alat yang diperlukan oleh seorang pemimpin.
Ada beberapa cara untuk menangani konflik tahap
tiga, yaitu:
a.
Detail adalah penting, arinya bahwa campur
tangan tim dari luar harus mau memperhatikan setiap detail.
b.
Lembaga harus menyediakan waktu tambahan untuk
mewawancarai semua orang yang terlibat dalam konflik.
c.
Alasan dan logika tidak efektif untuk
menyadarkan kelompok yang sedang bertikai untuk mengakhiri konflik.
d.
Jelaskan tujuan dari lembaga dan ciptakan
suasana yang menumbuhkan rasa dituntun sehingga individu yang terlibat konflik
itu akan mundur sebagi pemenang.
4.
Strategi Mengatasi atau Mengendalikan Konflik
Menurut
Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam
konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar
dalam mengatasi kesulitan:
a.
Pengenalan. Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana
keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah kesalahan
dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah
padahal sebenarnya tidak ada).
b.
Diagnosis. Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah
diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan
sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.
c.
Menyepakati suatu solusi. Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar
yang memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah
penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali
menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
d.
Pelaksanaan. Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati,
jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.
e.
Evaluasi. Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah
baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah
sebelumnya dan cobalah lagi.
Stevening menawarkan, bagi seorang pemimpin
ketika mengendalikan atau mengatasi konflik harus melalui lima tahapan cara
yaitu mengenali konflik yang dihadapi, setelah dikenali lalu mendiagnosa atau
mengidentifikasi konflik tersebut, lalu cari dan disepakati sebuah solusi
melalu musyawarah dengan pegawai, karyawam ataupun bawahan, kemudian lanjut
pelaksanaan solusi tersebut serti pemimpin selalu mengadakan evalusai untuk
mengetahui tingkat kebehasilan solusinya dalam mengatasi atau mengendalikan
konflik.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemimipin adalah orang yang paling berperan dalam
pengendalian sebuah organisasi, juga sebagai pusat penggerak serta mempunyai
andil besar dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut. Namun pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang mampu menjadikan masalah-masalah yang datang menjadi
peluang bagi organisasi.
Konflik atau masalah sudah merupakan hal yang tidak
dapat dilepas dari sebuah organisasi atau lembaga, karena konflik sudah
merupakan bagian dari tercapainya suatu tujuan organisasi. Tergantung pemimpin
bagaimana memanfaatkan setiap konflik tersebut.
B. Saran
Sebuah organisasi tidak akan pernah terlepas dari
yang namanya konflik. Dan untuk mengarahkan hingga menyelesaikan konflik
tersebut membutuhkan peran besar dari seorang pemimpin. Maka dari itu, sangat
penting bagi seorang pemimpin memiliki kelebihan dan kemampuan dalam
menjalankan kepemimpinan dalam sebuah organisasi atau lembaga.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar